
Dalam kitab sejarah raja-raja melayu yang ditulis di Perlis, Malaysia, disebutkan ada suatu daerah yang terletak di Muara Sungai Tatang, daerah ini yang kemudian dikenal dengan nama Palembang. Kemudian di bagian hulu Sungai Muara Tatang terdapat Sungai Melayu yang airnya mengalir ke Sungai Tatang, di dekat Sungai Melayu inilah menjulang sebuah bukit yang dikenal dengan nama Bukit Seguntang.

Bukit Seguntang merupakan tempat yang dianggap suci dan penuh kharisma sejak abad 14-17. Selain menjadi tempat pemakaman bagi para keturunan Kerajaan Sriwijaya, Bukit Seguntang sejak abad ke-7 telah menjadi tempat ibadah penganut Buddha. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya arca Buddha dengan tinggi mencapai 2,77 meter yang terbuat dari batu granit. Saat ini Bukit Seguntang terletak di kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Sumatera Selatan.
Selain itu terdapat Makam Para Pembesar di Bukit Seguntang. Pada puncak bukit terdapat beberapa makam yang dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja, bangsawan dan pahlawan Melayu-Sriwijaya.Terdapat sekitar tujuh makam di wilayah ini yaitu sebagai berikut:

RADJA SIGENTAR ALAM
Raja ini nama aslinya adalah Iskandar Zulkarnain Alamsyah, Ia berasal dari dari Kerajaan Mataram. Radja Segentar pada masa beliau berkuasa, beliau berhasil menaklukkan hampir seluruh Pulau Sumatera hingga ke negeri tetangga Johor dan Malaka di Malaysia.

PUTRI KEMBANG DADAR
Putri Kembar Dadar bernama asli Putri Bunga Melur. Ia dipercaya sebagai putri tercantik kala itu. Karena kecantikan beliau, beliau bahkan dianggap berasal dari kayangan.

PUTRI RAMBUT SELAKO
Nama asli beliau adalah Putri Damar Kencana Wungsu. Menurut cerita Ia berasal dari Keraton Yogyakarta, putri dari Prabu Prawijaya. Rambut Selako artinya memiliki rambut yang berwarna keemasan. Ini menimbulkan spekulasi kalau beliau memiliki darah keturunan Eropa.

PANGERAN RADJA BATU API
Beliau adalah seorang ulama yang berasal dari Jeddah, Arab Saudi. Beliau datang ke tanah Melayu untuk berkelana dan menyiarkan agama Islam. Beliau berkelana ke tanah Melayu untuk menyiarkan syariat agama Islam.

PANGLIMA BAGUS KUNING
Panglima Bagus Kuning berasal Mataram. Beliau datang ke Palembang untuk mengawal Radja Segentar Alam.
PANGLIMA BAGUS KARANG
Panglima Bagus Karang juga mempunyai tugas yang sama dengan Panglima Bagus Kuning, yakni untuk mengawal Radja Segentar Alam.

PANGLIMA TUAN DJUNDJUNGAN
Walau namanya bergelar Panglima, beliau ini adalah seorang ulama. Beliau seorang ulama yang berasal dari dari Arab, yang datang ke tanah melayu (Swarnadwipa) untuk tujuan syiar menyebarkan agama Islam.

Ketujuh makam tersebut merupakan bukti bahwa Bukit Seguntang merupakan tempat yang sangat sakral di Palembang. Setiap makam dibuatkan mausoleum yang menaungi masing-masing makam. Namun perlu dicatat makam-makam itu belum dapat dibuktikan kebenarannya. Legenda mengenai hal itu memang ada, tapi data sejarah seperti piagam atau naskah mengenai makam tadi belum bisa ditemukan. Belum bisa dipastikan apakah nama-nama Raja Gentar Alam, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang, Panglima Tuan Junjungan, Panglima Raja Baru Api, dan Panglima Jago Lawang, dahulu emang pernah ada dan dimakamkan di sana.
Sumber :
Endrayadi, E. C. KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM: Sejarah dan Warisan Budayanya.
Hudaidah, H. (2018, March). TOKOH-TOKOH BESAR KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM. In Seminar Nasional Sejarah (Vol. 1, No. 1).
https://www.kompasiana.com/rizqi_mizan/550abaf9a333119b1e2e39f0/ekspedisi-religi-1-kawah-tengkurep-dan-kambang-koci
Ibnu, I. M., & Komariah, S. L. (2019). KAJIAN MORFOLOGI ARSITEKTUR MAKAM KI GEDE ING SURO TERKAIT PENELUSURAN BANGUNAN CANDI DI PALEMBANG. Prosiding Applicable Innovation of Engineering and Science Research, 2019, 396-405.
Kemerdekaan, P. (1949). PERLAWANAN RAKYAT MUSI RAWAS TERHADAP BELANDA PADA MASA REVOLUSI FISIK 1947 -1949. 1–8.
Marbun, F. (2017). ZIARAH KUBRA DI PALEMBANG: ANTARA KESADARAN RELIGI DAN POTENSI EKONOMI KUBRA PILGRIMAGE IN PALEMBANG: 636–652.
MUHTIAR, A. (2018). ORNAMEN BANGUNAN CUNGKUP I PADA KOMPLEKS MAKAM KAWAH TEKUREP (Doctoral dissertation, UIN RADEN FATAH PALEMBANG).
PADILAH, R. (2018). KOMPLEKS MAKAM SABO KINGKING KELURAHAN SUNGAI BUAH KOTA PALEMBANG (Tinjauan Historis dan Antropologi) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH).
Qibtiyah, M. (2014). Stratifikasi sosial dan pola kepercayaan (analisis atas fenomena kekeramatan makam di Kota Palembang).
Robbin, A., Suriadi, A., Pattipawae, K. R., Anthony, Y. M., Idris, M., Chairunisa, E. D., & Saputro, A. (2019). Jurnal sejarah dan pembelajaran sejarah. 5.
Santun, D. I. M., Murni, M., & Supriyanto, S. (2010). Iliran dan Uluan: dikotomi dan dinamika dalam sejarah kultural Palembang (Vol. 1, pp. 1-180). Eja Publisher Yogyakarta.
Subadyo, T. (2012). Optimasi Potensi Artefak Budaya Pada Koridor Sungai Musi Untuk Pengembangan Wisata Sejarah di Kota Palembang. Journal of Architecture and Wetland Environment Studies, 1(1), 70491.
Wargadalem, F. R., & SBK, A. N. D. (2018, March). MELESTARIKAN DAN MENGEMBANGKAN MAKAM PANGERAN SIDO ING RAJEK SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL. In Seminar Nasional Sejarah (Vol. 1, No. 1).