
Kain Jumputan merupakan kain yang terbuat dari bahan benang sutera serta cat khusus yang tidak luntur dan pembuatannya masih secara tradisional. Permukaan Kain Jumputan atau kain pelangi mempunyai serat kain yang licin dan halus serta dapat dikepal dengan tangan dan terdapat bunga-bunga yang tampak seperti dijumput-jumput dengan benang sewaktu perebusan hingga selesai dan tampak kelihatan lebih indah, karena Kain Jumputan merupakan kebudayaan khas Palembang yang keberadaannya sudah jarang ditemukan dan sedikitnya pengrajin yang membuat kerajinan Jumputan, mengakibatkan kurangnya pengetahuan bagi masyarakat Palembang. Motif khas dari kain Jumputan atau pelangi adalah motif titik tujuh. Digambarkan dengan lingkaran titik yang berjumlah enam titik dan satu titik ditengahnya.

Menurut sejarah, teknik yang dilakukan dalam pembuatan Kain Jumputan adalah teknik celup ikat yang berasal dari Tiongkok dan berkembang hingga India dan wilayah-wilayah di Nusantara. Teknik celup ikat diperkenalkan ke Nusantara oleh orang- orang India melalui misi perdagangan. Penggunaan teknik celup ikat terdapat di beberapa daerah antara lain Sumatera khususnya Palembang, Kalimantan Selatan, Jawa, dan Bali. Kain Jumputan mempunyai nilai seni tinggi karena dipengaruhi keanggunan corak dan warna yang digambarkan sesuai dengan keterampilan pengrajin.
Sumber : Nurhayati. 2016. Melestarikan Budaya Seni Kain Jumputan Palembang. Jurnal Kalpataru: Universitas PGRI Palembang