Kehamilan ialah salah satu fase yang akan dihadapi oleh seorang perempuan, utamanya perempuan yang telah melakukan pernikahan. Kehamilan sangat penting bagi keberlangsungan hidup umat manusia karena dari sinilah calon penerus kehidupan akan dilahirkan. Bagi pasangan suami istri atau pasangan muda, kehamilan menjadi hal yang sangat ditunggu. Ketika telah positif hamil, maka tak jarang mereka melakukan hal-hal yang dianggap dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan anak mereka kelak, seperti kesehatan dan keselamatan. Palembang merupakan salah satu daerah yang memiliki tradisi kehamilan yang disebut Nimbang Bunting.

Nimbang Bunting ialah salah satu adat mengenai kehamilan dari kota Palembang. Nimbang berarti suatu kedekatan batin antara ibu dan janin, ikatan batin ini akan semakin terasa apabila disebutkan kalimat-kalimat thayibah. Sedangkan kata bunting berarti telah terbentuknya seorang manusia dalam rahim sang ibu. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mendoakan kehamilan yang telah berusia tujuh bulan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala atas rezeki yang telah diberikan. Nimbang Bunting dilaksanakan hanya untuk kehamilan anak pertama. Diharapkan dari kegiatan ini, sang ibu dan anak mendapat kesehatan, keselamatan, kemudahan dan terhindar dari roh-roh halus hingga saat melahirkan tiba.
Persiapan acara Nimbang Bunting biasanya dipersiapkan satu minggu sebelum acara dimulai termasuk memilih ketua upacara. Adapun yang harus dipersiapkan ialah ruang tengah bagi para ibu yang hadir, ruang belakang sebagai tempat menyirami atau memandikan calon ibu dengan kembang tujuh rupa, dan kamar untuk calon ibu berhias. Adapun sarana pelengkapnya yakni busana Nimbang Bunting, lamat kecik songket, tapak sari angkutan, nasi ketan kunyit, panggang ayam, jambangan, sewet batik, bedak tiga warna, beberapa jenis pudding, beberapa jenis jamur, batang penumpung tujuh potong, byung kecik, nasi gemuk, telor bebek rebus, buyung besar, kembang setaman, papan pesaung, sewet telasan, sewet salinan, air bersih, Kitab Munakib Syekh Muhammad Saman, stoples besar, lehar, Al-Qur’an, surat Yasin, dogan dan parang.
Ritual adat ini diawali dengan pembacaan surah Al-Qur’an, Yasin, dan Kitab Manaqib Syaikh Muhammad Saman oleh anggota pengajian. Kemudian calon ibu dengan usia ke hamilan tujuh bulan, didudukkan di papan pasang (tempat duduk khusus di dalam ruangan) dengan memakai pakaian adat Nimbang Bunting. Tubuh calon ibu memakai kain atau sewet yang dililitkan seperti kemben menutupi tubuh. Kedua tangan calon ibu diletakkan di atas timbangan untuk ditimbang. Berat tangan tersebut menentukan kan sewet yang akan digunakan. Tubuh calon ibu yang tidak ditutupi kain di baluri dengan bedak tiga warna, yaitu warna putih, merah, dan hijau. Warna warna tersebut bermakna bahwa sang bayi akan menjalani hidup dengan banyak warna-warni (lika-liku) kehidupan.

Proses selanjutnya calon ibu duduk di atas kursi yang telah disediakan di luar ruangan, kemudian mereka akan dimandikan atau disirami oleh ibu kandungnya, ibu mertua dan kerabat perempuan paling dekat, setiap kali ibu hamil disiram dan kain yang digunakan basah maka si ibu hamil akan berganti sewet (kain) hingga tujuh kali. Setelah ritual siraman, ibu hamil akan disuapi nasi kunyit panggang ayam. Acara diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh ketua pengajian. Saat ini sudah jarang ditemui masyarakat melaksanakan adat ini. Akan tetapi, sebagian masih melaksanakan, seperti di Musholla Al-Ikhlas Jln. K.H, Azhari Lr. Pekapuran, RT 20, rw 06, Kel. 3/4 ULU Palembang.
Daftar Pustaka
Adiasaputro, Eko. Dewan Adat Kota Palembang Berdayakan Pemangku Adat. Palembang.tribunnews.com. 27 November 2012
Hulliana, Mellyna. 2001. Panduan menjalani Kehamilan sehat. Jakarta: Puspa Swara, Anggota IKAPI
____. Upacara Tradisional Nimbang Boonteeng. Warisanbudaya.kemdikbud. 01 Februari 2011.
____. Nimbang Bunting Adat Palembang. Suaraindonesia.id. 27 Februari 2018.