
Pada pertengahan abad ke-19, kawasan pasar 16 Ilir (saat ini) adalah pemukiman tepian sungai. Di kawasan ini, dahulunya terdapat Sungai Tengkuruk yang merupakan salah satu anak Sungai Musi. Tak mengherankan, perahu- perahu yang berasal dari pedalaman (hulu) dengan tujuan utama berdagang menjadikan Sungai Tengkuruk sebagai tempat singgah.
Hingga awal 1900-an, dimulai dari berkumpulnya pedagang cungkukan (hamparan) yang kemudian berkembang dengan pembangunan petak permanen, lahirlah sabuah pasar yang bernama Pasar 16 Ilir. Nama tersebut merujuk pada nama kampung tempat pasar itu berada.

Pada 1928, Sungai Tengkuruk ditimbun oleh Pemerintah Belanda (Kompeni). Kemudian, di atas timbunan tersebut dibangunlah jalan dalam dua jalur. Di bagian kiri, jika dilihat dari arah Sungai Musi tampaklah jajaran pohon. Sementara itu, di bagian kanannya terdapat bangunan dua tingkat yang merupakan perkantoran. Di Eropa, komposisi seperti ini dikenal dengan nama bulevar (boulevard).

Kini, Pasar 16 Ilir telah disulap menjadi pasar modern. Letaknya yang berada di tepi Sungai Musi dan tak jauh di samping Jembatan Ampera membuat pasar ini amat diminati masyarakat, baik para pedagang maupun konsumen dari berbagai kalangan. Di pasar ini, dapat ditemukan berbagai macam kebutuhan mulai dari tekstil, batik, pakaian, songket dan lain sebagainya.

Gedung pasar ini terdiri dari empat tingkat bangunan dengan setiap laintainya dikhususkan untuk kelompok-kelompok pedagang tertentu. Tata letak yang baik membuat pasar yang dulu terkenal kumuh ini menjadi jauh lebih rapi dan bersih. Sementara itu, ruko di sekitar pasar ini juga bersih. Setelah mengalami renovasi, ruko di sekitar pasar ini kembali terlihat seperti bangunan perdagangan kolonial yang rapi, bersih, cantik dan megah.
Sumber:
Rahman, Saipul dan Azhari. 2011. Sejarah Kota Palembang Nama Kampung, Pasar, dan Nama Jalan. Palembang: Pemerintah Kota Palembang.
Ilyas. 2007. Palembang Kota Wisata Sungai Dalam Bingkai Tradisi. Palembang: Pemerintah Kota Palembang.