Pencak Keraton merupakan pencak asli Keraton Kesultanan Palembang Darussalam. Pencak Keraton ini masih terus diajarkan dan dilestarikan oleh Pangeran Ratu Purbaya bin Sultan Muhammad Mansur sebagai guru besar. Untuk melestarikan pencak keraton pada 1929 dibentuk organisasi “Priayi Fonds” sebagai wadah pelestarian Pencak Keraton ini. Organisasi serupa juga berdiri pada tahun 1951 yang bernama “Persatuan Priayi Palembang (PPP)” yang juga mempunyai tujuan untuk melestarikan pencak keraton, Raden Abdul Hamid bin R.Adnan atau yang dikenal sebagai Cek Mid Ternate. Dalam perkembangannya “Persatuan Priayi” berubah nama menjadi “Perguruan PKPA (Pencak Keraton Palembang Asli) yang berlokasi di 27 Ilir.

Menurut Penuturan H. Kemas Andi Syarifuddin, terdapat dua aliran besar pencak silat di Palembang yaitu Pencak Keraton dan Kuntau. Pencak Keraton hanya boleh dipelajari oleh kaum bangsawan Kesultanan Palembang Darussalam atau orang Palembang asli. Berbeda dengan Silat Kuntau yang dapat dipelajari oleh masyarakat umum. Pencak Keraton mempelajari sembilan jurus tangan kosong, beberapa penggunaan jenis senjata serta mempelajari jurus-jurus andalan seperti jurus Siamang, Bejunte, Harimau Lapar, Harimau Ganas, Hiu Merusak Pukat dan lain-lain. Untuk penggunaan senjata, senjata yang digunakan adalah senjata tradisional seperti Keris, Pedang, Piso Duo, Besi Cabang, Tombak Berambu, Cangka Unak, Tombak Cagak, Tembung Berantai, Tongkat, Kundur, Tameng, Kepalan Cengkeh, Tembung, Sampang Basah, Lading dan lain-lain.

Kostum yang dikenakan oleh pemain apabila mengadakan pertunjukkan resmi adalah seperangkat pakaian adat khas Palembang. Seperti tanjak dan Sewet Kencong. Pencak Keraton ini juga diimbangi dengan olahraga fisik, spiritual/rohaniyah agar selalu senantiasa tawadhu dan rendah hati.
Sumber : Tarso.2020. Hanya Bangsawan Palembang Boleh Belajar Pencak Silat ini, dari Warisan Budaya Palembang. Palembang: Sripoku.com dan Wawancara H. Kemas Andi Syarifuddin